Postingan

"Sare Dame atau Eksplorasi Budaya, tetap saja sama baiknya, jika digagas dengan mengakomodir kepentingan dasar, hidup dan keberlanjutan adat-istiadat itu sendiri", kata Yongki Warat, pemerhati budaya.

Gambar
Issu seksi Sare Dame kembali berganti nama sebagai Eksplorasi Budaya. Kendati berganti atau diganti nama, tetap saja menjadi buah bibir kalangan pemerhati budaya dan mungkin masyarakat adat Lembata pada umumnya. Kali ini penulis hendak mengulas pandangan seorang tokoh muda Lembata, Yonki Warat, yang juga turut menanggapi issu-issu dimaksud. Dalam pertemuan singkat di kediaman beliau, di Woloklaus, Lewoleba Barat, Yonki Warat menyatakan bahwa judul Sare Dame ataupun Eksplor Budaya, semestinya dipandang baik adanya, jika terdesain demi kelestarian kehidupan adat, mulai dari kebutuhan dasar gerakan dan tindakan kongkrit yang "meng-hidup-kan".  Dalam hal ini, ivent yang akan digelar pada tanggal 7 Maret mendatang di Hari Otonomi Lembata, semestinya bukan semata sebuah pergelaran demonstrasi ritual adat, tetapi lebih pada planing pasti sebagai gerakan berkelanjutan, dalam pelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan tatanan luhur kehidupan komunitas adat.  Pandangan

SARE DAME, EDUKASI DAN MANIPULASI

Gambar
Debat kusir tentang konsep Sare Dame, semakin menjurus pada simpul-simpul cerah.  Pemda Lembata telahpun mengklarifikasi beberapa hal yang diperdebatkan publik Lembata. Demikian pula melalui Webinar atau meeting zoom baru-baru ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, mempresentasekan agenda-agenda yang telah dicanangkan untuk mengisi puncak pergelaran tanggal 7 Maret mendatang.  Istilah Sare Dame ini, memang sengaja diangkat sebagai tema umum untuk memperingati hari lahirnya gagasan otonomi Lembata, yang jatuh pada tanggal 7 Maret nanti.  Ada beberapa hal yang carut, jika menyimak keterangan pers Bupati Lembata dan Dinas pelaksana kegiatan. Sebagaimana ditulis #viva timur# 4 Januari 2022, Bupati Lembata menyatakan, Sare Dame, justru hanya sebatas Tema, dan tidak ada ritual semestinya, karena ianya hanya bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang memiki kewenangan khusus di setiap kampung-adat. Sementara yang digelar pada 7 Maret mendatang, hanyalah demonstrasi ritual-

SARE DAME DAN KEYAKINAN EDANG WELA

Gambar
Menanggapi rumor yang seliweran, baik di dumay maupun dalam diskusi alam nyata hari ini, "sare dame" yang dicanangkan oleh Pemda Lembata, sepertinya membuahkan perdebatan publik.  Ada kalangan tertentu mengharapkan positif thinking. Mencoba mengarahkan cara pandang publik pada nilai baik yang mungkin sedang jadi tujuan Sare Dame.  Mungkin rekonsiliasi politik, rekonsiliasi manusia dengan alam, mungkin juga rekonsiliasi antar suku, golongan maupun individu.  Alhasil, konsep Sare Dame yang rencanya akan menelan belanja 2,5 miliyar ini, dipandang seakan pesta-pesta rakyat kebanyakan, atau festival-festival budaya biasanya.  Dilain pihak, ada gerakan berpikir masyarakat yang justru mempertanyakan rencana Sare Dame ini, dalam konteks yang membingungkan dan meragukan, jika dikaitkan dengan doktrin-doktrin adat istiadat.  Sebagaimana ulasan dalam pendapat tulisan saudara Yogi Making, yang menulis tentang Sera Dame dalam Kearifan tradisi Lewuhala, menggugah saya sebagai m

#celoteh preman desa# ORANG KAMPUNG BICARA OLIGARKI EKONOMI DAN KEKUASAAN..."Jangan jauh-jauh cari, cukup amati tabiat oknum tertentu, di dinas Perhubungan Lembata..paham sudah". kata siapa..? "saya yang omong kah, ino..! tanda saya punya muka jelek ini ee.!".####

Gambar
Episode perjuangan para pengusaha Angkutan Umum Penumpang, hampir memasuki tahap klimaks. Sudah hampir dua tahun, memperjuangkan keadilan usaha dan melawan praktek Oligarki monopoli Pemodal, yang dicurigai adanya matarantai kepentingan cari uang kejut dengan oknum tertentu, di Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata.  Alamaak..kayaknya penulis ke ceplos ngomong neh..! "Silap-silap kena saman oo..!"..dialek melayu Sabah sedikit lah.. * Tabiat doyan uang Kejut Pengalaman penulis, selama lebih dari satu tahun, meng-advokasi kondisi pertarungan kepentingan hidup antara pengusaha Lokal versus Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata, meninggalkan sekian banyak cerita miris yang mungkin menjadi materi sharing di edisi kali ini.  Kemungkinan-kemungkinan, adanya jejaring calo-caloan, mendekati terbukti.   Tabiat buruk kalangan tertentu pada birokrasi yang memanfaatkan posisi jabatannya untuk cari rejeki sampingan, bukan  rahasia umum lagi. Hampir semua orang kalau dimi

Celoteh Preman desa.......PEMERINTAH DAERAH HABISKAN DANANYA, MASYARAKAT MURAHKAN NYAWA SENDIRI....!

Gambar
"a sili oha' paing lati uu, buru' lolon di oha' nae' ku"...(makan lombok tidak rasa pedis, daut kentut pun tak hirup bau nya). Demikian sekilas pengalaman lazim, tatkala bercengkrama dengan orang-orang di desa.  Telah menjadi trend buah bibir oleh sebagian besar masyarakat desa, di Kab. Lembata hari ini, jika bicara Covid '19. Lebih dari sebulan yang lalu, seantero masyarakat kampung di Kabupaten Lembata, terutama di wilayah Kedang, kecamatan Omesuri dan Buyasuri, di gerogoti demam flu, yang dalam pengalaman lokal dianggap kondisi biasanya, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.  Adapun istilah lokal Kendang, yang menggambarkan fenomena musim seperti ini, disebut Musing Bila ta'en Tamal duren(musim dimana buah asam mulai mengkal).  Toh, dimusim ini, manusia mulai diserang demam flu yang terjadi akibat iklim panca robah. Apakah, kondisi ini, patut di aminkan sj, sebagaimana pengalaman lokal biasanya...?   * Berdiang di abu dingin Aturan PPK

TAPAK KUDA DI WADAS GERSANG

Gambar
Tapak kuda membekas  Di lorong mu meliuk gersang Rona perkasa petarung itu Gagah di pelana tua  Kilas untaian kisah mu Merambah belantara ketertinggalan Dan Kau, meraih bintang itu Kendati gelegar meteor menyiksa      Kau tidak menulis di air      Kau tidak melukis pada angin      Meski kadang tertatih      Ukiran tapak kuda, menghias wadas dan bebatuan .. ..indah nian ........      Ibarat maestro pelipur      Kau racik aroma biola tua mu      Lahirkan angklung dan seruling      Pesona kembara papa Ahhh.. batu-batu itu bergetar Tebing-tebing berteriak Dan wadas-wadas meratap Maestro penenun Cinta Kau mawar di celah Wadas Kembali mu menoreh duka Tapak-tapak Kuda mu....     Meski alam membenam nama mu     Kendati langit ingkar asa mu     Batu wadas ini, jadi saksi     Tapak-tapak Kuda membekas  Slamat jalan maestro ku  Bait-bait puisiku  Batu karang ku  Kepak sayap merentas langit  Lambaian Kasih di Cakrawala  Dan Pergimu, dalam senyum kekal  Ku urutkan saja tapak

DEKLARASI WISATA BERBASIS MASYARAKAT, SERTIFIKAT KEPEMILIKAN LAHAN TERANCAM DICABUT(Mampir; 26 des 2020)

Gambar
Tanggal 26 Desember, sesungguhnya hari kedua yang dirayakan, setelah 25 Desember, Perayaan Pesta Natal bagi umat Katholik.  Namun hari ini sanggup dikorbankan, oleh masyarakat desa Mampir, kecamatan Buyasuri, menggantikan kegembiraan perayaan mereka dengan menghadiri agenda reses seorang putra tanah sendiri yang duduk dikursi Anggota DPRD Kab. Lembata, yang bertepatan dengan hari bahagia ini.  Digelar pada sore hari, di ruang aula SDK Biarwala, Gregorius Amo, anggota DPRD dari partai PKB, hadir menjenguk basis konstituennya, yang sebagian besar mendukung beliau, hingga sukses memenangkan satu kursi, dalam suksesi PEMILU Legislatif 2019.  Dihadapan, lebih kurang 200 orang warga yang hadir, beliau menggambarkan semua carut-marut polemik, dalam dinamika komunikasi kepentingan politik, yang sengaja kami sebut sebagai Dinamika politik Anggaran yang abal-abalan. Bagaimana tidak, perjuangan masyarakat Desa Mampir akan Ijin Oprrasional sekolah Menengah Pertama, yang dibangun secara