Postingan

#Menghitungharipolitikkampungku#

Gambar
                 Kicau di tepian asa            (Elegi politisi sendal jepit)                          Eman ubuQ ................................................ Dari atas gunung yang kering tandus. Di tepian tanjung dan tebing bebatuan. Nyaris tak terbaca lagi, kisah-kisah indah kita.  Terukir di wadas dan kulit pohon Palawan.  Tergores di dada gurun kerontang. Puing-puing waktu yang tersisa.  Menanti kehampaan berikut dan berikutnya.  Kaki ku melangkah goyah.  Semakin lamban dihambat temali onak rerumputan.  Ku coba mengangkat wajah ke langit. Derik rancuh limbah ulat bulu, berhamburan menimpa dedaunan.  Sesekali jemariku refleks merambah punggung dan kaki ku.  Rasa gatal melanda seketika. "Ahh..dasar, ulat bulu!" Hatiku menggerutu.  Dedaunan meratap pasrah. Urat seratnya ludes dimamah. Rakusnya ulat buluh.  Hama predator lunak yang mengerikan.  Melumat buas hijau semak dan hutanku. Seketika alam nyaris luluh lantak.   Kerap juga aku meringis. Betis

Senandung Senja kelabu #7/11/22#

Gambar
                   Perindu Gerhana                        di tepian Lara              (Memory; Senin/7/Nov/'22) Renyai senja berisik Jengkrik meratap sepi Lembayung sirna perlahan Wadas-wadas bisu, diam membeku Di tepian bukit batu Belokan jalan sepi Semilir angin berbisik Senja yang kelabu Puing-puing belukar berubah rupa Lalang dan rumput tersisa akar Tumbuh pucuk dan kecambah Di simbah renyai penghujung kemarau Alunan ombak menerpa tebing itu Derai gemerisik nya mencium pantai Dan... Engkau tertidur pulas Tenggelam dalam mimpi abadi Tebing merenung kaku Serangga rawa merajam perih Tanjung membentang diam Semerbak rerumputan menyapa Tunggul-tunggul menatap pasrah Arang-arang yang tertinggal Kemarin kemarau membakar Renyai senja terlambat tiba Rintik hujan senja  Sejuk dan damai Lara membentang sunyi Terukir di tepian asa Lambaian ilalang basah Lara menatap mendung  Diselimuti kabut nan kelam Renyai duka awal November Pergi mu tanpa kata Wajah lugu menatap purnama Gerh

#HIDUP DAMAI DI BAWAH BADAI# Ritual Homa' tawan Walu mean(sebuah doktrin keyakinan lama Edang Wela)

Gambar
Doktrin Keyakinan lama Edang Wela, sering dianggap mitos oleh kalangan yang tidak meyakininya. Ianya memilki keunikan yang sulit dicerna dengan akal manusia.  Meski demikian, doktrin-doktrin ini, masih ditaati oleh sebagian besar anak cucu Uyo lewun,  yang mendiami tanah adat Uyelewun, Kedang.  Salah satu faktanya adalah,  ritual tahunan yang lazim digelar oleh masyarakat kampung Walang lama loman, desa Tubungwalang, Kec. Buyasuri.  Bentuk ritual ini merupakan satu diantara sekian banyak doktrin keyakinan lama, terkait hubungan manusia dengan alam. Tradisi ritual  Homa' tawan walu mean,   adalah upacara rutin tahunan menjelang musim tanam. Ritual ini, bermaksud memohon belaskasihan dari penjaga alam, untuk mengampuni dan menjauhkan manusia dan tanaman pertanian dari bencana angin badai.  Asal tau saja, kalau sebagian wilayah Kedang merupakan wilayah laluan angin badai setiap musim hujan.  Bencana kerusakan dan gagal panen, menjadi pengalaman wajib tahunan bagi masyaraka

Perdebatan tentang Syair dan maknanya, membuka minda dan naluri analisisku. (😴menulis apa yang tidak tertulis😴)

Gambar
Yang pas mana ya..? Uyelewun Kayaq tene/Uyelewun kaya' te'e ne..? "Ah..semua kita satu dan sama" Gunung Uyelewun terletak di bagian timur pulau Lembata.  Menurut tutur-temutur warisan turun temurun, nama gunung ini, disematkan untuk mengabadikan nama leluhur Uyo Lewun, yang diyakini menurunkan etnis asli Kedang(Edang), yang mendiami tanah adat Uyelewun(Kec. Omesuri dan Buyasuri). Sebagaimana masyarakat adat lainnya, etnis Kedang memiliki beragam kearifan budaya dan tatanan adat komunitasnya. Adapun kearifan-kearifan itu, sangat banyak ditemukan dalam tutur-tutur lama yang tetap dituturkan dari generasi terdahulu hingga sekarang.  Hakekatnya budaya Kedang menganut pola budaya tutur/lisan(tidak tertulis).  Demi mempertahankan eksistensi pemaknaan dan arti dari istilah, peribahasa asli, dan sebutan-sebutan khas lainnya, perlu digali lebih pada beberapa perbendaharaan kata dan istilah yang sifatnya umum. Hal ini menjadi penting, karena ada banyak istilah atau

Ritual Kerahmatan dan Pembebasan( Ong Bahe atau Ong Keu Wile do') Keyakinan Lama Edang Wela...

Gambar
Keyakinan Lama Kedang atau lazim disebut Edang Wela, adalah sebuah Keyakinan Lama yang masih ada dalam praktek hidup kebanyakan etnis Kedang(Edang) hingga hari ini.   Sebagaimana keyakinan Lama lainnya, Keyakinan Edang Wela menganut kepercayaan akan kekuatan alam yang maha besar, yakni matahari dan bulan( Wula loyo) dan kemurahan hidup yang di atas bumi yakni Ero awu'.  Dalam sebutan lazim, sebagaimana ditemukan dalam ritus dan ritualnya, disebut sebagai Wula loyo ero awu', Uhe ara niku niwang. Dalam praktek kehidupan berkomunitas, Keyakinan Lama ini, mengajarkan segala tata etika, aturan hidup, kekeramatan pada alam sekitar dan ritual-ritual kepercayaannya.  Adapun ritual yang paling besar dan agung dari semua ritualnya, disebut Ong bahe.  Ritual ini dapat dilakukan oleh setiap rumpun keturunan yang memiliki pusat ritual atau Leu Tuan. Ritual ini dilakukan karena beberapa maksud atau sebab. Antara lain; Perdamaian atau penghapusan hutang darah, antara saidara atau

Puisi Yang Kerontang

Gambar
Kerikil tajam di jalanan kota Buah-buah hari berduri Ombak yang mencemooh ku Puisi-puisi kerontang           Bersua di tepian dermaga           Retak jiwa, rapuh jasad nya           Serapuh dermaga tua kota ku           Puisi-puisi yang kerontang Ibarat dalam samudra Jauh di arung dan palungan  Siapa yang dapat menduga asa nya Puisi-puisi yang kerontang           Berlapis-lapis hari ia lewati           Berlaksa-laksa waktu ia jalani           Siapa yang dapat menjawab cita nya           Puisi-puisi yang kerontang Malam nya bersama laut dan rerumputan Senjanya bergulat terik dan cacian Siang nya bertarung perut keroncongan Dan..puisi-puisi yang kerontang           Kemanakah sirna nya           Nurani embun pagi..?           Yang dahulunya ramah...           Kini membakar hati... Puisi-puisi yang kerontang Menanti sajak dari pujangga pagi Ahhh... Biarlah mengalir rasa Karena nafas ini Milik Nya             Kiranya bahtera duka berlabuh             Menambat kaki-kaki kerdil in

"Hobel wati'(bersambung)....IDEN TEBAN TODE WE', MAWA' MAN PAN POLUNG.....(Waya' nore Remang se'e sita sayang)

" Eaaa, oti pa' ura' ka aten hara' mo nore are' Biar wala o..?  Tualahar Ledo Ukel, mete mame ne' ue mal. Nuo doto' kanehing, denger ne' ana' Remang loeng ne'e laleng kelen.  "Pa' kua i amo. Ewin dei wul lala wei rian bahe, sue' ke lering sape bungbuto, bongan ne'e ine ame",   Remang mete ne parhati' edu nia' nobe' ne' ame ne' ning mato. Ne'i nuan de' ne. Rama'-rama' edu waya' me tapang ote ning mato moan ude' sue de' ne.  Remang no' abe mete ria, tubun mete baran ne.  Bele ape ude', loyo no' eha' ne' ame oha' namo ne' rama'-rama' ne.   Ea pa' tualahar no' di mete ne pahang tele ne' ana' remang me, oha' ana' utun wati' ne. Loyo eyeng laleng. Angin woho moleng-moleng. Tebe' iden be Paheng Wa' lolo', Waya' kelen hulu'-hulu'.  Oha' lela wati',  Remang ne' ine ame suo adan dahang re