Ritual Kerahmatan dan Pembebasan( Ong Bahe atau Ong Keu Wile do') Keyakinan Lama Edang Wela...

Keyakinan Lama Kedang atau lazim disebut Edang Wela, adalah sebuah Keyakinan Lama yang masih ada dalam praktek hidup kebanyakan etnis Kedang(Edang) hingga hari ini.  
Sebagaimana keyakinan Lama lainnya, Keyakinan Edang Wela menganut kepercayaan akan kekuatan alam yang maha besar, yakni matahari dan bulan( Wula loyo) dan kemurahan hidup yang di atas bumi yakni Ero awu'.  Dalam sebutan lazim, sebagaimana ditemukan dalam ritus dan ritualnya, disebut sebagai Wula loyo ero awu', Uhe ara niku niwang.

Dalam praktek kehidupan berkomunitas, Keyakinan Lama ini, mengajarkan segala tata etika, aturan hidup, kekeramatan pada alam sekitar dan ritual-ritual kepercayaannya.  Adapun ritual yang paling besar dan agung dari semua ritualnya, disebut Ong bahe.  Ritual ini dapat dilakukan oleh setiap rumpun keturunan yang memiliki pusat ritual atau Leu Tuan. Ritual ini dilakukan karena beberapa maksud atau sebab. Antara lain; Perdamaian atau penghapusan hutang darah, antara saidara atau antar rumpun suku yang terlibat pembunuhan.  Pengertian hutang darah disini, tidak semata disebabkan karena pembunuhan secara nyata, tetapi juga pembunuhan dengan mengandalkan kekuatan gaib(alam).  Pembunuhan ala gaib ini disebut sebagai Neba(Keba Depi). 

Ritual Ong bahe juga kerap di sebut sebagai Tupu tein mawu dewa', jikalau dilakukan untuk maksud penghapusan hutang darah.  

* Bagaimana Ritual Ong bahe dilakukan..?
Pengertian Ong Bahe, mengandung makna berdoa kepada semesta atau yang Maha(Wula loyo ero awu').  Ong bahe dapat diartikan menyerukan doa kepada semuanya kekuasaan yang disakralkan antara lain, Yang Maha(Wula loyo ero awu') Tuan Wo' ( Leluhur), Penguasa rahmat Kehidupan di atas bumi( Uhe ara niku niwang) dan Penjaga alam( Mi'er renga re'en derung).  Permohonan doa ini, untuk menyatakan perdamaian dan pengampunan atas segala resiko dosa yang dilakukan manusia.  
Ritual ini, dilakukan dengan kurban binatang( babi dan kambing).  Dalam istilah ritual disebut Ime' Woi'. 
Kesempurnaan ritual ini, dinyatakan dengan kehadiran semua orang yang terlibat atau rumpun turunan pelaku pembunuhan dan atau Neba nepi.  Dalam melantunkan doa dan permohonan biasanya disebutkan setiap nama untuk setiap untaian doa' yang sama.  Contohnya : doa untuk seorang turunan yang bernama Ubuq Aba, dapat dilantunkan dengan syair demikian :. 
Wula loyo til o denger, ero awu' mato mui. Tebe' tubi mader dereng, ka olon min wei.  Uben kapung oro' laleng, loyo dongo' obi lolo', ka ruta' min paro ruta' paro hereng bele.  Wau mani bare hanger ote' mani lolon dolor.  Utun keu pua' leu lamen tawe ewa awu'. 

Ubuq Aba eha' eha', anung ne'e ulu mado, waleng ne'e ama ratu, ai lolo wua lewun. Potal wowo hobel eu', tuben nute loeng toye'.  Poti wa' lete retu, tutu' rian piring nimon.  Wowo ne' sampera eu' ne'e rantaka.  Ui' ore' tadi' lawang, ile wehe' tahi' maya'.
Taun oma liko' mapa' wo' oma todi terang. Nikol ude' kara tikol nadan ude' kara tadan.  Ola mura la' nore, pu'en wua lolo' were. 

Nimon o awu' kapung, pung lolo' naban laleng, kaong kete' bang ede' iaaaa.........
......sorakan ...semua orang...
..ede' sele maaaaa, sele owww heee...dst.

* Ritual terbesar.
Ritual Ong Bahe,  merupakan ritual yang terbesar dalam Keyakinan lama Edang Wela.  Ritual ini bisa memakan waktu berhari-hari, dengan akomodasi ritual yang sangat besar. Ritual inipun diikuti oleh lapisan kerabat keluarga( Ine ame binen ma'ing) dan masyakat kampung terkait. 

* Penggalan doa akhir(Orong Bei Tuaq).
Setelah melantunkan doa-doa, sebanyak semua turunan terkait,  dilanjutkan dengan makan adat.  Sebagaimana kebiasaan dalam semua ritual yang melibatkan banyak orang, dilantunkan doa-doa penutup( ong bei tuaq) oleh Molan(dukun), sebagai tanda rangkaian ritual telah selesai.  Tradisi Orong bei tuaq atau lantunan doa pentup ini, kemudian digunakan hampir disetiap momen- momen kesyukuran, penyambutan tetamu, ataupun doa-doa dalam acara komunitas.
Lantunan doa ini, dapat disesuaikan dengan keperluannya...

* Catatan pinggir.
Dalam setiap ritual keyakinan Edang Wela, setiap doa dilantunkan dengan syair dan lagunya masing- masing.  Adapun yang disebut Nukung baing( doa umum dengan melafaskan mantra).  Demikian juga doa- doa dalam bentuk alunan atau lagu khas, terdiri dari beberapa jenis :
1. Alunan doa( Ong bei Tuaq)
2. Alunan doa( A O)
3. Alunan doa( Ong keu wile do'/ Ong bahe
4. Alunan doa Bayo ero( tandak khas kedukaan). 

* Catatan penulis.
1. Tulisan ini, disadari belum cukup sempurna.
2.  Keyakina Edang Wela butuh pelestarian.
3. Adat istiadat Kedang, dapat disebut sebagai serpihan-serpihan keyakinan edang wela yang masih dihidupi..

Nukilan: Eman Ubuq
Edisi Oktober 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Senjayangberlari#

...DPRD Lembata, pesiar-pesiar menjelang akhir masa jabatan....