Postingan

@Pelaut Lupa Daratan# Eksplorasi Budaya dalam "Sare Dame", mengail di air keruh.........! "Mariiii berdebat..!"

Gambar
Tidak patut di diamkan, jika pesan dan kritik dipleset oleh pihak-pihak yang "katanya" kaum intelektual.  Sebagai salah seorang pengkritik ivent Eksplorasi Budaya/Sare Dame, kami memandang penting untuk mengkanter argument-argument yang dipandang semakin menyesatkan. Apalagi argument tersebut datang dari kaum yang dipandang oleh masyarakat lokal sebagai kaum intelektual.  Kaum intelektual, baik mahasiswa, Sarjana, Guru/Pegawai, bagi masyarakat lokal Lembata, telah ditempatkan sebagai kaum yang patut di dengar ( panutan). Namun dalam soal Sare Dame, "ada" kaum ini, yang cenderung berpikir karut dan tidak berbobot. Patut di duga, mungkin ada udang di balik batu..? Kemudian baru diendus, ada dugaan, dibalik konsep Sare Dame yang sedang digelar di seantero Lembata hari ini, ada kalangan akademisi Lembata, yang bertugas di luar Lembata, mungkin saja turut menunggangi agenda besar dan abal-abal ini. Apakah karena ada 2,5 miliyar...? Ahhhhh... Dalam kaitan deng

#obrolan tepi Wadas# Edang Wela, sebuah Agama Bumi...??????

Gambar
Kedang (edang), adalah nama komunitas adat yang mendiami antero kaki gunung Uyelewun, di wilayah timur Pulau Lembata. Komunitas adat ini, dapat dibilang komunitas adat paling kecil  di Indonesia, namun merupakan komunitas yang cukup besar di Pulau Lembata. Dengan populasi, nyaris mendekati seratus ribu jiwa, komunitas ini masuk dalam ranking jumlah pemilih terbesar di Kabupaten Lembata. Tidak heran, kalau kemudian para figur-figur politik sangat memperhitungkannya. Nama Uyelewun sendiri, diyakini berasal dari nama leluhurnya Uyo Lewun, yang menurunkan komunitas ini. Tidak mudah, menghitung, kapan era kehidupan seorang Uyo Lewun. Namun generasi asli Kedang hari ini, yang kuat dengan budaya tutur, dapat menghitung silsilah turunannya di masing-masing kampung dan marga hingga sampai ke leluhurnya Uyo lewun. Bisa saja, dari panjangnya silsilah, dapat dihitung, kapan atau sekitar zaman apa, leluhur Uyo Lewun ini hidup.  Ada pun beragam versi tentang panjangnya silsil

IDEN TEBAN TODE WE'..MAWA' MAN PAN POLUNG.......!(sebuah Cerpen bahasa Kedang)

Gambar
Aur wutu' Leu Aya',   uli' no' atan rai oha' tada ya.   Atan rai pana'eng naya ne  Bean Leu pitu, rai pana'eng uli' no' sara  " Awan".   Lering tutu wata, sape hiba Rumang pa' ayang, te sape be uli' ude' naya ne Bu' Laleng.  Nulon, lala nau tokong, lering sape Awan, aur wutu' leu aya' , pan eyeng sape loyo panan nape adan.  Di' me loyo Waya' nore Remang, suo lering bale oyo lumar ya.   Sue' de ata' no', ebe nape tibo', are' nape baran ya.   Remang me,  ebe nape tibo', asal ne'e doa oli ne ili apan ne.  Waya' me, are' nape baran, asal ne'e leu Peu Oha', Desa Mampir ne.  Ele ura' ka aten hara',  one' sita laleng sayang eha', Remang eteng wul lering lala, hara ne are' nape baran, Waya', no'o, dei be Wul lala Weirian, tun we'en sue no'.   Dei loyo Khamis me, wul lala Wei rian bahe,   Remang nore Waya' , tame' we

"Sare Dame atau Eksplorasi Budaya, tetap saja sama baiknya, jika digagas dengan mengakomodir kepentingan dasar, hidup dan keberlanjutan adat-istiadat itu sendiri", kata Yongki Warat, pemerhati budaya.

Gambar
Issu seksi Sare Dame kembali berganti nama sebagai Eksplorasi Budaya. Kendati berganti atau diganti nama, tetap saja menjadi buah bibir kalangan pemerhati budaya dan mungkin masyarakat adat Lembata pada umumnya. Kali ini penulis hendak mengulas pandangan seorang tokoh muda Lembata, Yonki Warat, yang juga turut menanggapi issu-issu dimaksud. Dalam pertemuan singkat di kediaman beliau, di Woloklaus, Lewoleba Barat, Yonki Warat menyatakan bahwa judul Sare Dame ataupun Eksplor Budaya, semestinya dipandang baik adanya, jika terdesain demi kelestarian kehidupan adat, mulai dari kebutuhan dasar gerakan dan tindakan kongkrit yang "meng-hidup-kan".  Dalam hal ini, ivent yang akan digelar pada tanggal 7 Maret mendatang di Hari Otonomi Lembata, semestinya bukan semata sebuah pergelaran demonstrasi ritual adat, tetapi lebih pada planing pasti sebagai gerakan berkelanjutan, dalam pelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan tatanan luhur kehidupan komunitas adat.  Pandangan

SARE DAME, EDUKASI DAN MANIPULASI

Gambar
Debat kusir tentang konsep Sare Dame, semakin menjurus pada simpul-simpul cerah.  Pemda Lembata telahpun mengklarifikasi beberapa hal yang diperdebatkan publik Lembata. Demikian pula melalui Webinar atau meeting zoom baru-baru ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, mempresentasekan agenda-agenda yang telah dicanangkan untuk mengisi puncak pergelaran tanggal 7 Maret mendatang.  Istilah Sare Dame ini, memang sengaja diangkat sebagai tema umum untuk memperingati hari lahirnya gagasan otonomi Lembata, yang jatuh pada tanggal 7 Maret nanti.  Ada beberapa hal yang carut, jika menyimak keterangan pers Bupati Lembata dan Dinas pelaksana kegiatan. Sebagaimana ditulis #viva timur# 4 Januari 2022, Bupati Lembata menyatakan, Sare Dame, justru hanya sebatas Tema, dan tidak ada ritual semestinya, karena ianya hanya bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang memiki kewenangan khusus di setiap kampung-adat. Sementara yang digelar pada 7 Maret mendatang, hanyalah demonstrasi ritual-

SARE DAME DAN KEYAKINAN EDANG WELA

Gambar
Menanggapi rumor yang seliweran, baik di dumay maupun dalam diskusi alam nyata hari ini, "sare dame" yang dicanangkan oleh Pemda Lembata, sepertinya membuahkan perdebatan publik.  Ada kalangan tertentu mengharapkan positif thinking. Mencoba mengarahkan cara pandang publik pada nilai baik yang mungkin sedang jadi tujuan Sare Dame.  Mungkin rekonsiliasi politik, rekonsiliasi manusia dengan alam, mungkin juga rekonsiliasi antar suku, golongan maupun individu.  Alhasil, konsep Sare Dame yang rencanya akan menelan belanja 2,5 miliyar ini, dipandang seakan pesta-pesta rakyat kebanyakan, atau festival-festival budaya biasanya.  Dilain pihak, ada gerakan berpikir masyarakat yang justru mempertanyakan rencana Sare Dame ini, dalam konteks yang membingungkan dan meragukan, jika dikaitkan dengan doktrin-doktrin adat istiadat.  Sebagaimana ulasan dalam pendapat tulisan saudara Yogi Making, yang menulis tentang Sera Dame dalam Kearifan tradisi Lewuhala, menggugah saya sebagai m

#celoteh preman desa# ORANG KAMPUNG BICARA OLIGARKI EKONOMI DAN KEKUASAAN..."Jangan jauh-jauh cari, cukup amati tabiat oknum tertentu, di dinas Perhubungan Lembata..paham sudah". kata siapa..? "saya yang omong kah, ino..! tanda saya punya muka jelek ini ee.!".####

Gambar
Episode perjuangan para pengusaha Angkutan Umum Penumpang, hampir memasuki tahap klimaks. Sudah hampir dua tahun, memperjuangkan keadilan usaha dan melawan praktek Oligarki monopoli Pemodal, yang dicurigai adanya matarantai kepentingan cari uang kejut dengan oknum tertentu, di Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata.  Alamaak..kayaknya penulis ke ceplos ngomong neh..! "Silap-silap kena saman oo..!"..dialek melayu Sabah sedikit lah.. * Tabiat doyan uang Kejut Pengalaman penulis, selama lebih dari satu tahun, meng-advokasi kondisi pertarungan kepentingan hidup antara pengusaha Lokal versus Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata, meninggalkan sekian banyak cerita miris yang mungkin menjadi materi sharing di edisi kali ini.  Kemungkinan-kemungkinan, adanya jejaring calo-caloan, mendekati terbukti.   Tabiat buruk kalangan tertentu pada birokrasi yang memanfaatkan posisi jabatannya untuk cari rejeki sampingan, bukan  rahasia umum lagi. Hampir semua orang kalau dimi