Postingan

Engkau genit, ahhh. Mahligai para Pencundang buta cintaaa...! #Bunian ujung tanjung#

Gambar
Bunian ujung Tanjung Kemarin yang sepi Bidara tua bersaksi Perahu lapuk para nelayan  Tambatan perahu dan tapak nuka bisu Kemarin yang asri Molek perawan tanjung Bunian yang menawan Ratu laut bertahta Emas Taman bidadari kayangan Tasik sang Brahma Istana bunian kesepian Rebutan lanun dan saudagar Perawan di tepian tanjung Puteri ratu laut selatan Aib mu terkoyak paksa Aurat mu di cakar penggarong Sekali mantel tersibak Pasir emas mu merasuk netra Terkesima sang hidung belang Gejolak dada yang tersumbat Nasib mu dirajam dendam Cinta mu diracun amis cemburu Pesona mu terancam feodalime Tubuh eskotik mu dinodai suriatmu sendiri Katup matamu dan bersemadilah Karena lanun bermuka mutsafir Karena kembang perawan ternoda Gejolak bathin api dalam sekam Bunian ujung Tanjung Suriat mu saling menyangkal Antara nafsu dan keserakahan Mencabik kesucian martabat mu Dan nyanyian nyamuk rawa Ular beludak membelah tasikmu Wujud murka darah leluhur Muslihat bunian tanj

PEMULIHAN MARTABAT EKOLOGI.. "Pemerintah jadi agen dan masyarakat pelakunya.?" Sebuah catatan reflektif fundamental..!!!!

Gambar
Foto: Puncak Perayaan Paskah, Gereja St Maria Imakulata, Tua' Mado.  Fajar seakan enggan tersenyum. Pagi mendung, Minggu 9/4/2023, hendak berkisah. Ribuan umat Katholik, berasakan di jalan menuju pusat perayaan PASKAH tahun ini. Seiring mendung, semilir angin menghempas wajah dan tenda di pagi yang pasrah ini.   Ramalan cuaca dari BMKG mengkhawatirkan. "Kemungkinan" akan ada kondisi alam di beberapa hari ke depan, setara fenomena alam Seroja di beberapa tahun lalu. Meski demikian, lautan manusia di puncak perayaan besar Katholik ini, seakan tak bisa di bendung.  Pemulihan martabat Ekologi. Gereja Katholik Keuskupan Larantuka, mengusung tema Aksi Puasa tahun 2023 dengan mengkonsolidasikan kembali, kesadaran manusia akan kelestarian Ekologi.  Umat Allah digugah untuk menyadari betapa kehancuran alam hari ini, adalah tanggungjawab manusia hari ini juga.  Relasi hidup antar manusia dan alam adalah relasi antar subjek.  Manusia sewajarnya memandang alam bukan sebag

"Mengapa Logam Mulia dalam Perut Bumi Uyelewun, haram untuk ditambang..?". Berikut, sebuah catatan reflektif..!!!

Gambar
MENGERUK EMAS ATAU LOGAM MULIA DITANAH KEDANG, "SAMA HALNYA MEMPERKOSA MARTABAT SEORANG IBU”         (Catatan Pinggir Aktivis Kampung)                    Oleh: Emanuel Ubuq Sejarah panjang pergerakan masyarakat adat Kedang di tahun 2007 hingga 2011, berangsur pupus dari ingatan.  Cerita tentang gerakan perlawanan masyarakat adat atas rencana Industri Tambang Lembata,  telah menjadi isu basi. Generasi milenial menyebutnya cerita jadul (jaman dulu). Namun penulis coba mengungkit kembali cerita ini, meskipun tidak sempurna. Penulis terpanggil untuk menceritakan seputar pergerakan kala itu. Semoga dapat membuat cerah cara pandang semua orang yang masih meyakini tentang adat-istiadat atau Kepercayaan Edang Wela dalam hubungan manusia dengan alam dan Kemuliaan Emas dalam perut bumi Edang.  Penulis sekaligus pelaku pergerakan, mencoba menyimpulkan sekian banyak catatan perjalanan perjuangan selama masa pergerakan menolak rencana investasi tambang di Lembata.  Itu adalah prose

Pemda Lembata perlu tau..! Bahwa pesona pantai Paheng Wa' itu, bukan Surga. Sudah rahasia umum, kalau area dan hamparan sekitar menyimpan banyak potensi konflik.

Gambar
                         Polemik      Wisata Paheng Wa', Desa Tobotani     "Berikut Pernyataan Pemilik Lahan"                        Lambert Lado Dalam rangka mendorong iklim pariwisata di Lembata, mulai nampak antusias Pemerintah Kabupaten Lembata, dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke area-area potensi wisata. Salah satunya area pantai Paheng Wa', Desa Tobotani, Kecamatan Buyasuri.  Pada awalnya area potensial dengan pantai yang indah, dan digadang-gadang memiliki pemandangan bawah laut yang cukup menarik, telahpun menjadi polemik semenjak era mantan Bupati Yance Sunur almahrum.  Fenomena pengklaiman hak milik lahan warga sekitar sudah menjadi rahasia umum. Namun Pemerintah Lembata kala itu, tetap saja tutup mata atas kondisi tersebut.  Ketika ditemui oleh penulis, salah seorang pemilik lahan yang akrab dipanggil bapak Lado, menyampaikan komentar atas rencana tersebut. Beliau merasa tertindas sebagai pewaris lahan nenek moyangnya, lantaran karena renca

#Menghitungharipolitikkampungku#

Gambar
                 Kicau di tepian asa            (Elegi politisi sendal jepit)                          Eman ubuQ ................................................ Dari atas gunung yang kering tandus. Di tepian tanjung dan tebing bebatuan. Nyaris tak terbaca lagi, kisah-kisah indah kita.  Terukir di wadas dan kulit pohon Palawan.  Tergores di dada gurun kerontang. Puing-puing waktu yang tersisa.  Menanti kehampaan berikut dan berikutnya.  Kaki ku melangkah goyah.  Semakin lamban dihambat temali onak rerumputan.  Ku coba mengangkat wajah ke langit. Derik rancuh limbah ulat bulu, berhamburan menimpa dedaunan.  Sesekali jemariku refleks merambah punggung dan kaki ku.  Rasa gatal melanda seketika. "Ahh..dasar, ulat bulu!" Hatiku menggerutu.  Dedaunan meratap pasrah. Urat seratnya ludes dimamah. Rakusnya ulat buluh.  Hama predator lunak yang mengerikan.  Melumat buas hijau semak dan hutanku. Seketika alam nyaris luluh lantak.   Kerap juga aku meringis. Betis

Senandung Senja kelabu #7/11/22#

Gambar
                   Perindu Gerhana                        di tepian Lara              (Memory; Senin/7/Nov/'22) Renyai senja berisik Jengkrik meratap sepi Lembayung sirna perlahan Wadas-wadas bisu, diam membeku Di tepian bukit batu Belokan jalan sepi Semilir angin berbisik Senja yang kelabu Puing-puing belukar berubah rupa Lalang dan rumput tersisa akar Tumbuh pucuk dan kecambah Di simbah renyai penghujung kemarau Alunan ombak menerpa tebing itu Derai gemerisik nya mencium pantai Dan... Engkau tertidur pulas Tenggelam dalam mimpi abadi Tebing merenung kaku Serangga rawa merajam perih Tanjung membentang diam Semerbak rerumputan menyapa Tunggul-tunggul menatap pasrah Arang-arang yang tertinggal Kemarin kemarau membakar Renyai senja terlambat tiba Rintik hujan senja  Sejuk dan damai Lara membentang sunyi Terukir di tepian asa Lambaian ilalang basah Lara menatap mendung  Diselimuti kabut nan kelam Renyai duka awal November Pergi mu tanpa kata Wajah lugu menatap purnama Gerh

#HIDUP DAMAI DI BAWAH BADAI# Ritual Homa' tawan Walu mean(sebuah doktrin keyakinan lama Edang Wela)

Gambar
Doktrin Keyakinan lama Edang Wela, sering dianggap mitos oleh kalangan yang tidak meyakininya. Ianya memilki keunikan yang sulit dicerna dengan akal manusia.  Meski demikian, doktrin-doktrin ini, masih ditaati oleh sebagian besar anak cucu Uyo lewun,  yang mendiami tanah adat Uyelewun, Kedang.  Salah satu faktanya adalah,  ritual tahunan yang lazim digelar oleh masyarakat kampung Walang lama loman, desa Tubungwalang, Kec. Buyasuri.  Bentuk ritual ini merupakan satu diantara sekian banyak doktrin keyakinan lama, terkait hubungan manusia dengan alam. Tradisi ritual  Homa' tawan walu mean,   adalah upacara rutin tahunan menjelang musim tanam. Ritual ini, bermaksud memohon belaskasihan dari penjaga alam, untuk mengampuni dan menjauhkan manusia dan tanaman pertanian dari bencana angin badai.  Asal tau saja, kalau sebagian wilayah Kedang merupakan wilayah laluan angin badai setiap musim hujan.  Bencana kerusakan dan gagal panen, menjadi pengalaman wajib tahunan bagi masyaraka