...DPRD Lembata, pesiar-pesiar menjelang akhir masa jabatan....

                  #Melodi jalan Terjal#
         Catatan reflektif kaum pinggiran
         GEOTHERMAL DAN PROPAGANDA  
                            KESIANGAN    
Dengar-dengar, telah dilakukan perjalanan tourney DPRD Lembata ke satu tempat pembangunan Pusat Listrik Tenaga Panas bumi(PLTP). Informasi ini disadap di medsos FB, yang diposting oleh akun milik seorang anggota DPRD Lembata(terbaca 22/7/2024). Yang pasti perjalanan/tour.ini dengan maksud studi banding tentang pembangunan Pusat Listrik Tenaga Panas (PLTP) yang rencananya akan dibangun di Lembata dengan memanfaatkan sumber daya Panas Bumi di Kecamatan.Atadei.  
Tentu saja upaya pembangunan yang berkedok investasi sangat dibutuhkan untuk menunjang kesejahteraan rakyat. Hal ini patut diapresiasi apabila Pemda Lembata sedang berupaya mewujudkannya.  Sayangnya, Pemda Lembata belum mau, mengoptimalkan program yang menggarap potensi vital kehidupan, baik pertanian, perikanan dan lain sebagainya. Dari kaca mata Pemda dan DPRD, rakyat Lembata  sedang darurat Listrik, daripada kebutuhan dasar.  Sebut saja, program pengembangan Pangan Lokal untuk menjawab lonjakan harga beras akhir-akhir ini, cuman pentasan drama saja. Lalu apa urgensinya hingga mega proyek(PLTP) menjadi program unggulan di masa menjelang transisi kepemimpinan ini..? 
Uap air yang disedot dari perut bumi, yang berasal dari cekungan air yang berada tepat di atas jalur ring api yang melintasi perut bumi pulau Lembata ini, tidak dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya, kecuali sebagai pendorong turbin untuk berputar dan menghasilkan daya Listrik.  Listrik yang dihasilkan dimiliki oleh Investor dan selanjutnya dijual ke Perusahaan Listrik Negara dan  masyarakat yang membayarnya untuk kebutuhan hariannya.  Masih dengan pertanyaan yang sama. "Apa urgensinya sehingga pasokan listrik untuk sebuah pulau sekecil Lembata, mesti dengan membangun mega proyek(raksasa) setara daerah Industri besar di Indonesia..? 

Energi Uap atau Panas bumi, memang cukup ramah lingkungan meskipun faktanya tidak selalu demikian adanya.  Pembangunan PLTP(Geothermal) justru sangat bersentuhan erat dengan industri Keruk(Pertambangan) dan Industri skala raksasa.  Hampir semua PLTP di Indonesia dibangun untuk menunjang kebutuhan Industri Keruk.  Alternatif ini sangat diperlukan demi menjawab perimbangan biaya operasionalnya dan selanjutnya daya Listrik yang sangat besar itu dapat diserap untuk mendatangkan keuntungan bagi Investor.  Lalu mengapa PLTP ini perlu dibangun di Lembata..?  

Dari sebuah kajian yang dilakukan pada tahun 2010 di PLTP Gunung Sibayak,  Kabupaten Karo, Sumatera Utara, biaya operasional pengelolaannya mencapai lebih dari 1 miliyar per bulan.  Sementara kebutuhan daya listriknya, sebagian besar dialirkan untuk kebutuhan Industri Pertambangan di Kabupaten Dairi.  Dapat dipahami, kalau Investor yang membangun PLTP di Sibayak, sudah memperkirakan biaya operasionalnya tidak dapat ditutupi, kalau hanya untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat.  Lalu apa urgensinya, sehingga di Lembata perlu dibangun PLTP.? Sanggupkah rakyat Lembata menutup biaya operasional yang begitu besar..? Cuman ada dua jalan yakni, menaikan harga meteran Listrik setinggi-tingginya atau mensuplay daya listrik yang besar ke Industri raksasa. Mungkin Pabrik-pabrik raksasa atau Industri Pertambangan. 
Kasihannya, Lembata belum memilki Industri Tambang dan Pabrik-pabrik setara Propinsi Jawa tengah atau Sumatera Utara dan Kalimantan. 
Kongkritnya, dapat diduga rencana ini cenderung dipaksakan untuk kepentingan yang lebih besar bukan cuman sekedar untuk kebutuhan rumah tangga rakyat Lembata. 
Industri padat modal ini, sedang dikampanyekan oleh DPRD Kab Lembata, lewat medsos saja, dengan pertimbangan argumen remeh temeh.  Sangat disayangkan kalau rencana mega proyek ini cuman mengandalkan pendekatan setara pedagang asongan.  Pemda Lembata dan DPRD mestinya membuka ruang kominikasi lintas pihak.  Mengandalkan Lembaga atau Personalia yang punya keahlian dan independen dalam melakukan kajian komperhensif, bukan semata pesiar-pesiar buang uang rakyat dan bangun propaganda sepihak. 
Patut dipertanyakan, ada apa dibalik semua ini..? Apakah akan ada lagi paket-paket cabup dan cawabup yang bersandar pada sponsor investor sebagaimana fakta sebelumnya..? Kalau tidak demikian, mengapa rencana investasi besar ini datangnya diakhir-akhir masa jabatan atau menjelang PILKADA 2024..? 

Kembali kepada rakyat untuk menentukan nasibnya.  Namun refleksi itu penting untuk menapaki kehidupan selanjutnya.  Jangan sampai rakyat Lembata dihantui dengan fenomena yang sama(Rencana Investasi Tambang Lembata, 2006/2010). 
         
                 Refleksi dibibir jurang
                        #Eman UbuQ#






 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Senjayangberlari#