KASAK KUSUK SENJA

Daun- daun rerumputan berlumuran liur dan limbah.  Ulat-ulat buluh rakus, beringas.  Mulutnya tak pernah diam, sepanjang hari dan sepanjang malam.  Suasana pagi di ladang- ladang, tergambar kaku dan pasrah.  Alam kecil itu, hancur lebur sekelip mata. Dedaunan tersisa tulang belulang.  Hijaunya raib oleh ketamakan hama dan predator.  Ahhh.. Mengapa mereka harus datang..? Dari manakah asal mereka. Sekedip mata saja alam hancur tak berdaya. 
Langkah kaki ku, merambah semak di pinggir kali mati, yang memanjang di pinggir ladang.  Sesekali aku meringis. Betis dan telapak menoreh darah.  Duri onak liar mengganas. Ahhh.. Hutanku tak ramah lagi.... Sesekali jemari refleks bergerak.  Punggung dan tengkuk di simbah racun-ulat buluh. Gatallll.... Sungguh gatal. Rona dan bintik merah, terbentuk seantero punggungku..aku kalah.  Kaki ku beranjak mundur.  Menghindari bencana di depan mata. Ahhh..cerita dari ladang.. Tak seindah dulu. Terik yang menghantarku pulang ke gubuk. Belalang kecil berhamburan tak karuan. Jalan pulang yang melelahkan. 
Sorak bocah mengusik baringku.  Bising kendaraan, hilir mudik menyiksa kantuk ku.  Dan terik ikut berlari.  Pamitnya tak ku duga.  Rupanya ia tak pernah bertahan.  Apapun alasanya, senja pasti datang.  Oh.. Senja.. Ceritakanlah asa mu. Sebelum kegelapan  itu tiba.  
Riak-riak nafas insan di sepanjang hari.  Teramat banyak tulisan dan lukisan.  Adapun sekilas bayang.  Namun ada saja terukir.  Tak seindah asa-asa dan kehendak Sang Khalik.  Keilahian melata di wadas gersang. Onggokan-onggokan durjana menghias jalan- jalan terjal. Dan bumi tak ubahnya hikayat Neraka. Namun Ia nya Maha penyabar, maha Kasih dan Maha segalanya. 
Kiat penguasa kian tirani.  Raja-raja kecil lahir menjelma.  Bangkit dari lumpur dan daki.  Hadirnya selaksa semut merah. Lahirnya ibarat ulat buluh.  Menggarong alam nan hijau.  Melumat ludes madu dan susu ku.  Perempuan ku cuman bisa menjerit...! Doa terbatah-batah.. 
Di sukmaku yang luluh.  Makhluk manusia ber-inkarnasi.  Wujud tak lagi asli.  Nurani bukan insani lagi. Cerita senja ku..di pelataran sepi.  Tangan-tangan pongah meranggsek, mencakar jatung dan ❤💞 ku.  Ku simpan sampai kapan..rahasia Senja ini..? Benarkah martir itu pembunuh murtadin.  Apakah syahid itu peminum darah kaum kafirun...?  Isak tangis para janda.  Histeris duka bocah-terlantar.  Dan kota-kota tinggal puing. Iringan kegembiraan para jalal.  Darah-darah bersimbah bumi.  Alam ini berduka.. 
Rahasia senja ku.  Tabir-tabir bait suci yang terkoyak.  Rahasia senja ku.  Ratap tangis Yerusalem.  Rahasia senja ku.  Kerontang wadas gurun Babilonia.  Dan kaum sufi berfalsafah.  Kesetiaan di puncak Ararat.  Rahasia Senja ku.. 
Tak mesti jauh meng-ayal.  Senjaku memeluk luka.  Potret-potret Kasih.  Suram, muram durja. Lambaian lembayung menyapa.  Lamun ku putus, pupus di lautan lara.  Betapa dekat resah itu.  Di depan mata, sangat dekat...  Api kebencian merambat laju.  Melumat kerontang lalang dan hutan ku.  Tanah ku berkisah... Rahasia senja ku. 
Kisah luhur moyang ku.  Terhapus dari lembaran kalbu.  Reput di luruh kedengkian.  Dan persaudaraan menjadi barang mahal... Mata pedang dan panah kefanaan. 
Di singgasana kemunafikan. Di bawah atap-atap kecongkakan. Penabur dusta bernyanyi.  Senandung nya sumbang dan rancuh.  Suara-suara fasik dan busuk.  Kemilau tembok dan batu.  Tunggul-tunggul emas. Sofa empuk dan permaidani.  Liur racun ulat buluh.  Punggung dan tengkuk petani.  Ari nelayan yang terpanggang garam. Rakusnya ulat buluh.  Hama yang diam dan ganas. Predator kehidupan alam. Merayap nadi negeri ku.  Penggarong, pendusta, penista ke Ilahi-an.  Dunia menangis dan hancur... Senjaku mendekap luka.  Kisah raja-raja kecil.  Memimpin kuburan dan toilet-toilet.  Raja-raja kecil.  Menjaga got dan selokan.  Merawat lembar-lembar fiktif.  Palsu, penuh rekayasa.  Tangan-tangan para pemulung.  Tukang-sampah dan penjilat..!  Bertengkar tentang limbah selokan kota.  Dan lembaran angka-angka. Terhempas semilir.  Pelan dan pasti. Bertumpuk di kantong penjilat.  Tukang sampah ku malang.... Rahasia Senja ku. 
Meramu berjuta kata.  Meterai dan air mata.  Kalung-kalung doa.  Gelap perlahan mengambang.  Kasih tersadai di balik bukit.  Sirna dan pamit-pamit dukanya.  Kasak kusuk Senja ku... Menerka mimpi- mimpi.. 
Pergi  mencari nama Nya.  Bersua bocah dan pengemis di sudut waktu.  Melewati lorong-lorong kota. Relung dan palung kesibukan. Nama itu tak kunjung nyata.  Sang pembual berjanji dusta. Di balik gedung-dan ruang mewah. Semut merah dan tikus-tikus kota.  Kucing-kucing hitam di tong-tong sampah. Bertarung dalam gelap tak berujung.  Dan Nama itu tak pernah nyata.  Jeritan kenikmatan terkuping.  Dari balik tembok-tembok kamar. Sementara para pecandu menari-nari. Kupu-kupu malam mendesah.  Menunggu mangsa di tikungan sepi.  Dan Nama itu tak pernah nyata.  Kota tak lagi ramah.  Coretan suara korban.  Tertulis di dinding-dinding kota.  Ada nama-nama lazim.  Pesta pora para pembual. Yang merampas hari-hari bocah terlantar. Nama- nama lazim. Tarian dan lirik penggarong.  Yang meragut nyawa para pengemis.  Dan doa-doa yang tersendat.  Isak tangis pengemis kota.  Di mana rimba nama itu...? 
Kasak-kusuk senja.  Mencari sebuah Nama.  Malam-malam kedukaan dan mantra- mantra.  Anak-anak menjerit berhamburan.  Lenyap di telan malam.  Derap-langkah pencabut  nyawa.  Dentuman meriam dan rudal. Bumi bersimbah darah.  Nyawa-nyawa seharga unggas. Dan hujan rahmat berganti api menghanguskan.  Lorong-lorong kebun dihadang ranjau dan timah-timah panas.  Ganas merenggut indah mimpi bocah-bocah.  Mencari sebuah Nama... 
Ladang- ladang basah bersimbah darah dan air mata.  Lalat dan cacing-cacing berpesta.  Tengkorak dan tulang belulang berserakan.  Dunia hanya mimpi-mimpi ngeri.  
Kasak-kusuk senja.  Kedamaian yang hampa. Bumi yang kerontang.  Kasih berbaur debu.  Cinta terkubur lumpur. Dan nama itu pergi.  Jauh dan punah dari tatap ku.  Oh.. Damai dan Kemanusiaan.  Kapan datang mu.  Mengapa Kau raib.  Senja ku yang tragis.  Isak tangis di sudut-sudut bumi.  Merindu nama itu. Bersimpuh di antara duka dan bilur-bilur.  Keadilan alam, Kedamaian insani.  Dan kemanusiaan yang luhur.  Bertaut di singgasana abadi.  KeIlahian yang terbunuh.  Bumi berduka.... 

Edisi Pencinta senja... 
.... Mei 2022..
.... UbuQ.... 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Senjayangberlari#

...DPRD Lembata, pesiar-pesiar menjelang akhir masa jabatan....